Beranda | Artikel
Jangan Tertipu dengan Amal Shalih
Senin, 26 September 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Jangan Tertipu dengan Amal Shalih merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 28 Safar 1444 H / 25 September 2022 M.

Kajian Hadits Tentang Jangan Tertipu dengan Amal Shalih

عَنْ ابْنِ شِمَاسَةَ الْمَهْرِيِّ قَالَ حَضَرْنَا عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَهُوَ فِي سِيَاقَةِ الْمَوْتِ فَبَكَى طَوِيلًا وَحَوَّلَ وَجْهَهُ إِلَى الْجِدَارِ فَجَعَلَ ابْنُهُ يَقُولُ يَا أَبَتَاهُ أَمَا بَشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِكَذَا أَمَا بَشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِكَذَا قَالَ فَأَقْبَلَ بِوَجْهِهِ فَقَالَ إِنَّ أَفْضَلَ مَا نُعِدُّ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ إِنِّي قد كُنْتُ عَلَى أَطْبَاقٍ ثَلَاثٍ لَقَدْ رَأَيْتُنِي وَمَا أَحَدٌ أَشَدَّ بُغْضًا لِرَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مِنِّي وَلَا أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أَكُونَ قَدْ اسْتَمْكَنْتُ مِنْهُ فَقَتَلْتُهُ فَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَكُنْتُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلَمَّا جَعَلَ اللَّهُ الْإِسْلَامَ فِي قَلْبِي أَتَيْتُ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَقُلْتُ ابْسُطْ يَمِينَكَ فَلْأُبَايِعْكَ فَبَسَطَ يَمِينَهُ فَقَبَضْتُ يَدِي قَالَ مَا لَكَ يَا عَمْرُو قَالَ قُلْتُ أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ قَالَ تَشْتَرِطُ بِمَاذَا قُلْتُ أَنْ يُغْفَرَ لِي قَالَ أَمَا عَلِمْتَ يا عمرو أَنَّ الْإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلِهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَلَا أَجَلَّ فِي عَيْنِي مِنْهُ وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ أَنْ أَمْلَأَ عَيْنَيَّ مِنْهُ إِجْلَالًا لَهُ وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لِأَنِّي لَمْ أَكُنْ أَمْلَأُ عَيْنَيَّ مِنْهُ وَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَرَجَوْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ وَلِينَا أَشْيَاءَ مَا أَدْرِي مَا حَالِي فِيهَا فَإِذَا أَنَا مُتُّ فَلَا تَصْحَبْنِي نَائِحَةٌ وَلَا نَارٌ فَإِذَا دَفَنْتُمُونِي فَسُنُّوا عَلَيَّ التُّرَابَ سَنًّا ثُمَّ أَقِيمُوا حَوْلَ قَبْرِي قَدْرَ مَا تُنْحَرُ جَزُورٌ وَيُقْسَمُ لَحْمُهَا حَتَّى أَسْتَأْنِسَ بِكُمْ وَأَنْظُرَ مَاذَا أُرَاجِعُ بِهِ رُسُلَ رَبِّي.

Dari Ibnu Syumasah Al-Mahri, ia barkata: “Kami menghadiri ‘Amr bin Al-Ash yang sedang menuju kematiannya. Maka beliau pun menangis dan menghadapkan wajahnya ke tembok. Maka anaknya berkata: ‘Hai ayahku, bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberikan kepadamu kabar gembira dengan ini, bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberikan kabar gembira dengan itu?’ Maka ia pun menghadapkan ke wajahnya dan berkata: ‘Sesungguhnya persiapan yang paling utama menuju kematian adalah syahadat Laa Ilaaha Illallah wa Anna Muhammadarrasulullah. Sesungguhnya aku telah melewati tiga fase;

Fase pertama aku melihat diriku sendiri, dahulu aku sangat benci sekali kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak ada manusia yang paling aku benci dari Rasulullah, dan tidak pula ada orang yang paling aku sukai untuk aku bisa membunuhnya dari dia, kalaulah aku meninggal saat itu tentu pasti aku akan masuk neraka.

Fase kedua ketika Allah memasukkan ke dalam hatiku Islam, aku aku pun mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Lalu aku berkata: ‘Bentangkanlah tangan kananmu, aku akan membaiatmu.’ Maka beliaupun membentangkan telapak tangannya ‘Namun aku kembali memegang tanganku.’ Lalu bersabda bersabda: ‘Ada apa engkau hai Amr?’ Aku berkata: ‘Aku minta syarat.’ Beliau berkata: ‘Apa syaratnya?’ Aku berkata: ‘Syaratnya Allah ampuni dosa-dosaku.’

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Apa kamu tidak tahu hai Amr, bahwa Islam itu menghancurkan dosa-dosa sebelumnya, dan bahwasannya hijrah menghancurkan dosa-dosa sebelumnya, dan bahwasannya haji menghancurkan dosa-dosa sebelumnya.’ Dan tidak ada seorangpun yang paling aku cintai dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahkan tidak ada orang yang paling agung dimataku dari beliau. Sampai-sampai aku sendiri tak mampu untuk memenuhi dua mataku untuk melihat beliau (karena saking menghormati beliau). Kalaulah aku diminta untuk mensifati beliau, aku tidak mampu. Karena aku belum pernah memandangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan mataku. Kalaulah aku meninggal saat itu aku berharap termasuk penduduk surga.

Kemudian kamipun mengurus banyak urusan. Aku tidak tahu bagaimana keadaanku. Maka apabila aku mati jangan sampai ada yang meratap, tidak pula api yang mengiringiku. Apabila kalian telah menguburkan aku, maka taburkanlah kepadaku tanah, kemudian diamlah sejenak di kuburanku, selama seperti seseorang menyembelih unta dan membagi-bagikan dagingnya, supaya aku merasa tenang dengan kalian dan aku bisa melihat apa yang aku bisa jawab terhadap malaikat-malaikat yang akan mempertanyakan aku.`” (HR. Muslim)

Tertipu dengan Amal Shalih

Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan banyaknya amal mereka, namun mereka tidak pernah merasa tertipu dengan amal. Padahal adakah generasi yang lebih baik daripada generasi sahabat? Menjadi sahabat Rasulullah itu agung. Keutamaan para sahabat luar biasa. Allah memuji para sahabat dalam Al-Qur’an. Dan Rasulullah pun memuji para sahabat dalam sunnahnya. Keistimewaan mereka tidak diragukan lagi. Tapi lihat ‘Amr bin Al-Ash ketika hendak meninggal justru menangis khawatir akan dosa-dosanya, dia tidak tertipu dengan banyaknya amal, tidak pula dengan keistimewaan beliau sebagai seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan beliau termasuk Muhajirin yang Allah puji dalam Al-Qur’an:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ…

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah…” (QS. At-Taubah[9]: 100)

Beliau sering kali ikut berjihad bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam peperangan yang banyak, bersama Abu Bakar, bersama Umar. Banyak sekali amalan mereka. Tapi Subhanallah.. Demikianlah saudaraku. Kata Al-Imam Ibnu Qayyim bahwa tanda orang yang amalnya diterima biasanya Allah jadikan hatinya tidak tertipu dengan banyaknya amal, dan dia pun juga tidak mau untuk mengungkit-ungkit amalnya kepada orang.

Tidak seperti kita yang terkadang sedikit beramal saja sudah merasa shalih. Tentu perasaan-perasaan seperti ini tidak baik. Jangan pernah merasa diri kita sudah shalih. Imam Syafi’i berkata:

أُحِبُّ الصَّالِحِيْنَ وَلَسْتُ مِنْهُمْ # لَعَلِّي أَنْ أَنَالَ بِهِمْ شَفَاعَةً

“Aku mencintai orang shalih tapi aku tidak tidak termasuk orang shalih. Mudah-mudahan dengan mencintai orang shalih itu aku bisa dapat syafa’at.”

MasyaAllah, bayangkan keshalihan Imam Syafi’i yang luar biasa, ketakwaan beliau luar biasa, siapa yang meragukan keilmuan Imam Syafi’i Rahimahullah? Tapi beliau mengatakan seperti itu. Mendengar perkataan Imam Syafi’i ini Imam Ahmad berkata: “Kamu mencintai orang shalih dan kamu termasuk orang shalih.” Dalam riwayat yang lain: “Justru kamu imam mereka.”

Inilah yang harus kita miliki, jangan sampai tertipu dengan banyaknya amal. Setinggi dan sebanyak apapun amal kita, kita tidak tahu mana amal kita yang sudah diterima. Justru yang kita khawatirkan adalah munculnya ujub di hati kita malah menghancurkan amal. Karena kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah:

العجب محبط للأعمال الصَّالحة

“Ujub itu bisa membatalkan amal shalih.”

Lihat juga: Khutbah Jumat Singkat Tentang Menjaga Amal

Maka hati-hati. Sebelum beramal kita harus memelihara hati dari riya’, ketika sedang beramal pun demikian. Riya’ setelah beramal sudah tidak berpengaruh untuk amal kita. Tapi yang berpengaruh setelah beramal adalah ujub (merasa bangga dan tertipu dengan banyaknya amal).

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Tertipu dengan Amal Shalih


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52163-jangan-tertipu-dengan-amal-shalih/